Genap sudah satu tahun. 16 Mei 2014. Rasanya semua itu masih jelas terbayang. Suara itu masih jelas terngiang. Luka itu masih juga terasa. Rasa takut itu masih ada.
Sore itu, sekitar pukul 18.00.
Ku lihat raut wajah kakak laki-lakiku nampak lain dari biasanya. Jika biasanya ia tersenyum dan bercanda sepulang kerja, kali itu dia mengkatupkan bibirnya begitu rapat. Pandangan matanya nampak kosong. Tanpa bertanya ada apa, aku mencoba menggodanya. Mengajaknya bergurau yang tak sedikitpun lucu dirasanya. Akhirnya dia membuka mulutnya.
"Papap sakit."
Hanya itu. Itu yang keluar dari mulutnya.
Ayahku yang berada jauh dariku memang sudah tiba di masa senja. Lama tak berjumpa terkadang membuatku rindu. Berita ia jatuh sakit mungkin itu kabar terbaru setelah beberapa tahun silam. Sulit memang untuk menghubunginya. Tapi, aku yakin dia tidak pernah sengaja melakukan semua ini. Semua terjadi begitu saja.
Lupakan soal itu. Mendengar kabar itu cukup membuatku kaget. Takut-takut waktunya tak kan lama lagi. Aku ingin menemuinya.
"Aku yang jemput mama ya? Mana kunci motornya?" Ujarku kemudian.
Saat itu ibuku memang sedang ada di rumah kakak perempuanku, yang jaraknya sekitar 2 km dari rumah.
"Gak usah. Nanti aa aja yang jemput." Jawabnya. Tak biasanya memang ia melarangku meminjam motornya. Mungkin ia hanya melihat tatapanku yang menjadi kosong. Mungkin ia tahu emosiku yang sedang tak menentu. Yang kemudian menghilangkan kepercayaannya padaku.
"Gapapa. Udah sana makan aja dulu. Aku jemput mama."
Akhirnya ia menyerahkan kunci motornya.
"Hati-hati! Kamu tenang aja! Papap baik-baik aja!" Serunya sebelum aku memacu motornya.
"Ya!"
*****
Tibalah aku di rumah kakak perempuanku. Ada ibu di sana yang telah siap aku ajak pulang.
Ibu sudah siap di belakangku. Tapi enah kenapa, hati kecilku menolak untuk pulang lewat jalan biasanya.
"Ma, aku gak mau lewat Jalan Terusan Pasir Koja. Lewat Jalan Jamika aja, ya?" Tuturku setelah terdiam sekian detik.
"Kenapa?"
"Gak mau aja. Lewat Jamika ya?"
"Ah, udah lewat pasir koja. Kalau lewat Jamika kan muter, jauh lagi."
Aku turuti kemauannya.
Tiba di jalan raya. Rasanya tak ada yang bisa aku dengar, termasuk suara bising kendaraan lain sekalipun. Mataku hilang fokus. Fikiranku entah melayang kemana. Tapi yang aku tahu hati ini terasa dihujam sembilu. Menyakitkan. Bukan. Bukan hanya karena ayahku. Sesuatu yang lain. Yang entah itu apa. Firasatku hanya mengatakan akan ada sesuatu terjadi. Akan ada seseorang yang pergi. Entah itu ayah, atau seseorang yang lain.
Mungkinkah? Kau! Di mana sekarang? Tolong aku...
"TASHAAA!!!!!! JANGAN NGEBUT-NGEBUT!! PELAN-PELAN!!!!" Barulah pekikan wanita kesayanganku terdengar memecah lamunanku. Tanpa ku sadari ternyata aku memacu motor itu terlalu cepat.
"TASHAAAA!!!!!!!" Pekiknya lagi.
BRAK!!!
Suara itu. Masih sangat jelas terdengar. Terlambat. Sangat terlambat. Rem tangan dan rem kaki tak membantu menghentikan laju kencang motor ini.
Bodoh! Umpatku. Bagaimana mungkin karena aku terlalu takut kehilangan orang-orang yang aku sayangi hingga aku dapat membahayakan jiwa bidadari kesayanganku ini? Ibu!
Tak aku hiraukan segala rasa sakit yang mengigit kaki dan tanganku. Aku sibuk melihat luka pada ibu. Syukurlah, hanya lebam. Kali ini aku beruntung. Jilbabnya melindungi kulitnya dari gesekan trotoar. Hingga tak ada luka lecet padanya.
Tiba di kamar. Baru aku melihat luka pada kaki dan tanganku. Lebam pada paha kiri, tangan kiri, lecet pada jari-jari kiri. Kebanyakan luka ada disebelah kiri. Mungkin karena aku membanting setir ke kiri dan jatuh ke arah sana.
"Mana yang sakit?" Tanya kakak laki-lakiku dengan nada yang diturunkan setelah ia memarahiku di ruang tamu. Aku hanya diam menunjukkan lukaku.
Dia masih mau bertanya mana yang sakit. Baru saja dia marah-marah. Batinku sedikit lega. Mungkin saja dia sudah tidak marah lagi.
Tiga puluh menit kemudian. Aku dan kakak-kakakku pergi menjenguknya. Ayah.
*****
Tahun lalu, usiaku baru 16 tahun. Tentu. SIM saja aku belum memilikinya. Mana boleh aku mulai berkendara? Dengan emosional yang masih sulit dikendalikan.
Sayangnya, karena peristiwa ini aku kehilangan kepercayaan ibu dan kakak-kakakku untuk berkendara lagi. So, hadiah motor untuk sweetseventeen-ku kandas sudah.
Traumaku juga cukup lama. Setelah peristiwa itu aku tak mau berkendara selama 3 bulan lamanya. Sampai sekarangpun masih jelas aku rasakan perasaan takut itu. Tapi, jika aku terus terjebak dengan trauma, aku tak kan pernah mengalami kemajuan dalam berkendara. Hingga terus aku coba mengemudi. Rasa takut mengemudi berhasil aku tepis jauh-jauh. Tapi rasa takut mengebut (di jalur cepat atau bukan) seperti teman-teman atau pengendara lain, eemmm.....
Beberapa minggu telah ku lalui. Seiring dengan semilir angin yang kian berhembus, memberi ketenangan sendiri di hari-hari ku tumbuh bersama tumbuhan, berlari bersama angan. Menangis bersama hujan. Tertawa bersama awan.
Aku coba kenali orang-orang. Walau sulit rasanya jika mengingat mereka dalam sekedipan mata saja.
Hari itu, aku bersama kawan baruku hendak memasak dan makan bersama. Tentu, itu adalah hal yang jarang sekali aku temui di area ibu kota. Rencana kami, memasak makanan khas Sunda yang belum fenomenal saat itu, seblak. Sangat khas memang namanya, untuk makanan pedas berbahan dasar kerupuk itu.
"Apinya jangan terlalu besar!" Seru Rina.
Seingatku di sana hanya ada aku, Viviani, Herlin, juga anak laki-laki yang belum aku kenali Ahfie dan Aidan. Tapi ada satu anak laki-laki yang cukup dekat denganku saat itu, dan tentu saja sudah aku kenali, Henry.
Akirnya masaklah seblak kami. Kami memakannya bersama beralaskan rerumputan di tengah pesawahan. Juga daun pisang sebagai pengganti piring. Jujur aku lebih bahagia dengan segala kesederhanaan ini. Asalkan bersama sahabat yang tulus saling mencintai.
"Aahh!" Pekikku terkejut karena seblakku terjatuh ke tanah.
Seketika semua kawanku tertawa. Hanya saja yang paling aku ingat tawanya Ahfie.
Melihat hanya aku yang hanya bisa menatap sehelai daun pisang kosong itu rupanya membuat hati mereka terdorong untuk membagi seblak mereka walau sedikit.
Untuk hari itu kami lalui dengan tawa bersama, disaksikan mentari yang bergerak hingga senja.
Berbicara soal si virus merah jambu ini memang tiada pernah habisnya. Topik ini selalu menjadi bahan pembicaraan yang tak pernah membuat lidah kelu kehabisan kata. Bicara soal cinta rasanya memang membuat fantasi kita tak pernah reda.
Bicara soal cinta, penulis teringat satu kisah cinta termanis yang pernah penulis tahu.
*****
Dikisahkan suatu hari ketika seorang pemuda tengah berjalan, ia melihat seorang gadis yang cantik dengan jilbabnya. Hatinya berbunga dan begitu bahagia.
"Ya Allah, cantik sekali gadis itu. Jilbabnya juga begitu menampakkan pribadinya yang mudah-mudahan juga cantik. Andai dia bisa menjadi istriku, akan bahagia aku dalam hidupku."
Pemuda itu jatuh cinta pada gadis cantik itu.
Pemuda itu bermaksud meminang sang gadis. Namun, sebelumnya ia mengutus seseorang untuk datang ke rumah sang gadis dengan maksud mencari tahu siapa si gadis manis itu.
Sang utusan datang mengetuk pintu rumah sang gadis. Ia berbicara kepada ibunya. Ia menyatakan bahwa seorang pemudah tampan lagi shalih diam-diam mencintainya dan bermaksud meminang putrinya.
"TIDAK! Anakku sudah aku jodohkan." Seru sang ibu.
Sang utusan lalu kembali pada sang pemuda untuk menyampaikan pesan ibunya si gadis.
"Apa yang bisa aku lakukan? Dia akan menikah dengan lelaki lain." Ujar sang pemuda begitu sedih dan kecewa.
Dengan mata yang berbinar dan antusias, sang utusan menyampaikan pesan dari sang gadis.
"Jangan khawatir! Aku sempat berbicara dengan gadis itu. Dia berkata bahwa dia juga sangat mencintaimu. Dia juga ingin berbicara berdua saja denganmu. Kau tinggal tentukan tempat di mana kalian akan bicara, nanti aku akan sampaikan padanya. Atau dia juga bisa mengajakmu ke rumahnya ketika orang tuanya sedang pergi."
"Tidak! Aku memang sangat mencintainya. Tapi saran yang ia berikan itu sangat salah. Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Tak mungkin aku berdua saja dengan wanita yang tak layak aku sentuh. Beritahu dia, segeralah ia bertaubat kepada Allah." Ujar sang pemuda begitu mantap.
Sang utusan lantas menyampaikan pesan sang pemuda pada gadis yang begitu dicintainya.
"Ya Allah, ia begitu mencintai-Mu daripada aku." Bisik sang gadis.
Sang gadis menangis bertaubat. Ia juga semakin mencintai pemuda itu. Hari-harinya ia lalui dengan terus berfikir betapa besar cinta pemuda itu kepada Rabbnya. Hingga tubuhnya kurus kering. Hingga ia meninggal dengan perasaan cintanya yang tak sampai.
Mendengar kabar gadis kecintaannya meninggal dunia, membuat sang pemuda terpukul dan begitu sedih. Ia berlari ke kuburan gadis itu. Ia menangis tersedu di batu nisannya. Tak kuasa melihat makam gadis kesayangannya. Bibirnya getir terus berbisik.
"Sungguh, aku sangat mencintaimu!"
Ia terus menangis hingga ia tertidir memeluk nisan itu. Lalu pemuda itu bermimpi.
Sang gadis datang menghampiri pemuda itu. Ia terkejut dan begitu bahagia. Gadis kesayangannya nampak begitu cantik dan lebih cantik dari sebelumnya. Ia begitu indah dan begitu manis. Pemuda itu bertanya.
"Apa kabarmu?"
"Kabarku baik. Berhentilah menangis. Aku sudah bahagia di syurga." Jawab gadis itu.
"Syukurlah." Kata pemuda itu.
" Terima kasih wahai pemuda yang shalih. Karenamu aku belajar bagaimana untuk mencinta yang benar. Karenamu aku belajar bagaimana cara untuk bersabar. Karenamu aku belajar bagaimana cara aku menjaga kehormatanku. Karenamu aku belajar mencintai-Nya. Karenamu aku belajar menjadi wanita yang terjaga. Karenamu aku belajar." Tutur gadis itu.
"Kau tahu? Aku sangat mencintaimu." Ujar pemuda itu.
"Aku juga sangat mencintaimu. Tapi jangan khawatir. Kita akan bersama." Tutur lembut gadis itu.
"Bagaimana kita akan bersama? Aku di dunia sedangkan kau di syurga." Tanya pemuda itu.
"Ya, kita akan bersama di syurga." Ujar sang gadis.
"Tapi kapan?" Tanya sang pemuda.
"Insya Allah, sebentar lagi." Jawab sang gadis.
Sang pemuda bangun dari tidurnya.
Beberapa hari kemudian, sang pemuda meninggal dunia menyusul sang gadis ke syurga.
Cinta mereka tak sampai di dunia. Tapi ternyata mereka bersua di syurga yang abadi.
Masya Allah...
Tidak. Yang najis dan kotor sebenarnya adalah hanya darah haid itu sendiri, bukan wanitanya. Saat dalam keadaan haid sebenarnya wanita itu tetap dalam keadaan suci. Seperti firman-Nya dalam Al-Qur'an.
“Mereka bertanya kepadamu
tentang haidh. Katakanlah: “Haidh
itu adalah suatu kotoran”.... (Al-
Baqarah: 222)
Atau seperti sabda Rasul.
Sesungguhnya mukmin itu tidak
najis.” (HR. Al-Bukhari no. 283 dan
Muslim no. 371)
Sehingga sebenarnya wanita haid itu tidak perlu dijauhi karena ia tidak berdosa karena ketetapan Allah.
Alasan mengapa Allah melarang wanita haid untuk shalat memang karena syarat sah shalat adalah suci dari hadas, dan darah haid adalah hadas. Namun bukan berarti wanita itu yang najis, melainkan terdapat najis di dekat wanita itu.
Ternyata alasan Allah mengenai masalah inipun dapat dijelaskan secara rasional dalam dunia kesehatan.
Haid adalah hal yang baik bagi wanita agar dapat mengetahui
tingkat kesuburan wanita tersebut.
Selain itu juga haid berguna untuk
membersihkan darah dan tubuh.
Menstuasi itu juga bisa membersihkan
area reproduksi dari berbagai bakteri, serta mengeluarkan kelebihan zat besi dari dalam tubuh.
Allah itu Maha Penyayang umatnya. Ia juga begitu memuliakan wanita. Tak mungkin ia melarang sesuatu jika tidak ada alasannya. Ia pasti akan mengharamkan yang buruk bagi kita dan menghalalkan yang baik bagi kita.
“Dan (Allah) menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (Al-A’raaf: 157)
Dalam dunia medis, dijelaskan bahwa wanita haid tidak diperbolehkan berolah raga dengan gerakan tertentu. Seperti gerakan shalat, di sana terdapat gerakan ruku dan sujud yang dapat membahayakan sistem reprodksi wanita haid. Karena ketika ruku ataupun sujud darah kotor yang seharusnya dikeluarkan dari rahim akan terjadi peningkatan peredaran darah untuk masuk lagi ke dalam rahim akibat gravitasi. Sedangkan sel-sel rahim dan indung telur seperti sel-sel limpa yang menyedot banyak darah.
Jika wanita haid melaksanakan shalat, maka ia akan terus menerus kekurangan darah selama 3-7 hari, tergantung lamanya siklus haid masing-masing. Darahnyapun akan kembali lagi mengalir ke dalam rahim. Banyaknya darah yang keluar berkisar 34 mili liter. Jika wanita mulai kekurangan darah, maka ia akan mudah lelah dan memiliki tingkat emosi yang tidak stabil.
Jika seorang wanita shalat saat haid, maka ia akan kehilangan darah dalam jumlah banyak. Ini berarti akan kehilangan sel darah putih. Jika ini terjadi maka seluruh organ tubuhnya seperti limpa dan otak akan terserang penyakit.
Masya Allah.....
Nah, tambahan nih. Biasanya ketika haid bagian perut dan pinggang akan terasa sakit. Biasanya juga para wanita akan sedikit meremas perutnya sambil membungkukkan badannya (seperti posisi ruku dalam shalat). Atau saking sakitnya ada juga yang suka memegangi perutnya sambil (apa ya? Saya sebut) sujud (deh) untuk menahan rasa sakitnya. Sebaiknya hindari posisi seperti ini, lebih baik duduk atau berbaring sambil tetap bersabar.
Wanita haid rentan terkena anemia. Karena ketika haid, zat besi yang dibutuhkan tubuhnya akan keluar bersama dengan darah haidnya. Karenanya wanita perlu untuk benar-benar menjaga dan memperhatikan asupan gizinya ketika haid.
Dalam dunia medispun wanita haid dianjurkan banyak beristirahat dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Agar darah dan logam (magnesium, zat besi) dalam tubuh yang berharga dapat tetap terjaga.
Contoh makanan kaya akan zat besi adalah bayam, daging-dagingan, dan ati ampela. Makanan tinggi protein (contohnya telur dan ikan) juga diperlukan. Begitu pula makanan tinggi serat (sayur berdaun dan buah-buahan), dan sumber vitamin C yang membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Bahkan dalam kondisi tertentu wanita dianjurkan meminum tablet penambah zat besi.
Nah, kebayang kan bagaimana menderitanya wanita jika mereka tetap diwajibkan shaum ketika haid? Ketika mereka ditahan makan dan minum sedangkan mereka membutuhkan asupan gizi yang lebih.
Akhirnya kita tahu bahwa wanita haid itu tetap suci. Dan Allah tidak mendiskriminasi wanita haid agar dijauhi. Melainkan haid adalah salah satu nikmat-Nya dan bentuk kasih sayang-Nya. Sungguh sempurna ajaran Islam yang tidak bertentangan dengan Fitrah Kita sebagai manusia.
Subhanallah... Alhamdulillah...