­
#kisah

Tergores kesan di balik sebuah misi

Minggu, September 21, 2014

"Minggu depan kalian presentasikan hasil observasi kalian."
Ah, lagi lagi itu dia yang terdengar dari mulut guruku. Menyebalkan! Bagiku, tak masalah dengan kurikulum 2013, presentasi dan menyusun powerpoint. Hanya saja yang membuat aku dan kawanku lelah adalah dalam proses pencarian bahan presentasi. Seperti ini salah satunya, observasi ke tempat budidaya ikan air tawar. Aku dan tim ku berfikir, dimana ada tempat pembudidayaan ikan air tawar di kota Bandung?
***
Hari itu hari Minggu. Rasanya aku dan teman-temanku sudah terbiasa jika hari Minggu tak ada di rumah bersama keluarga, melainkan menyibukan diri di depan layar monitor atau tugas-tugas kelompok lainnya.
Hari itu aku pergi bersama sahabatku yang juga satu kelompok denganku, Fitri, Lusiana, dan Vinda. Kami menempuh jarak sangat jauh. Ya, di sanalah rumah Asri, Cibaduyut, ujung perbatasan kota Bandung, atau sudah ada di luar kota Bandung.
Singkat cerita, kami memacu motor kami untuk mencari tempat budidaya ikan air tawar. Dan kau tau? Ini adalah pertama kalinya aku mengendarai motor setelah kecelakaan 16 Mei 2014 lalu. Ah, lain kali akan aku bagi kisah mengerikan itu.
Saat itu aku membonceng ibunya Asri, Lusiana membonceng Vinda, dan Asri membonceng Vinda. Kami terus mencari ke daerah Banjaran lalu putar balik ke daerah Ciparay. Hingga sekitar pukul lima sore, GOTCHA! There was someplace we were looking for. Setelah itu kami lakukan wawancara dan mendokumentasikannya.
IMG_5950.JPGIMG_5944.JPGC360_2014-08-24-18-04-35-632.jpgIMG_5924.JPG
Waktu telah menunjukan pukul 6.30. misi utama telah kami selesaikan. Kini saatnya untuk pulang.
"Ci, jangan ngebut-ngebut ya bawa motor nya!" Seruku pada Cici, aliyas Asri.
Diperjalanan, hari mulai gelap. Aku sedikit kesulitan membuntuti motor Asri dari belakang, apalagi saat itu Fitri terlihat labil, terkadang rambutnya ia biarkan terurai, terkadang ia ikat rambutnya. Setidaknya, Lusiana masih di belakangku.
Ups... Tak lagi, Lusiana menyalip dari arah kananku, dia berada di depanku sekarang. Asri dan Fitri? Entah kemana, mungkin mereka berhasil menyalip mobil di depan mereka. Setidaknya, Lusiana bisa aku buntuti.
Tidak lagi! Lusianapun menyalip mobil di depannya. Sementara aku trauma untuk menyalip mengingat insiden 16 Mei lalu. Setidaknya aku membonceng ibunya Asri yang bisa memberiku petunjuk jalan. Sudah ku bilang jangan ngebut. -_-
Malam itu, bobotoh persib membuat lalu lintas menjadi cukup kacau. Mereka nampak menguasai luasnya jalanan. Nasib baik malam itu Persib menang atas pertandingannya sehingga ulah Viking tidak terlalu brutal di jalan. Tetap saja! Aku merasa kesulitan berkendara.
"Kayaknya Asri sama yang lainnya udah sampai di rumah ya?" Ujar ibunya Asri tiba-tiba. Umm... Aku rasa ini adalah bentuk protes karena aku terlalu lambat menjalankan motornya.
"Iya. Tante, santai aja gapapa ya?" Sahutku kemudian.
"Oh iya! Gapapa. Yang penting kita selamat sampai rumah." Ujarnya.
Kamipun membicarakan banyak hal saat perjalanan, hingga aku tau ibunya Asri itu sangat baik dan ramah. Hingga pukul 8 malam aku tiba di rumah Asri. Tapi Asri, Fitri, Lusiana dan Vinda belum sampai di sana. Padahal mereka memacu motornya cukup cepat.
Waktu terus bergerak, jarum jam menunjukkan pukul 9 malam, aku mulai mengkhawatirkan sahabat baikku. Berkali-kali ibunya Asri mencoba menghubungi anaknya tapi tak ada jawaban. Ah, aku terus menerus mengetuk-ngetuk meja dengan  ujung jari ku sambil menopang daguku. Di mana mereka?
Pukul 9, akhirnya mereka tiba di rumah. Dengan panik dan antusias mereka menceritakan semua yang baru saja terjadi pada mereka. Tersesat. Itulah yang dialami mereka. Terlebih mereka kehilangan jejak satu sama lain, missed comunication each other karena baterai ponsel mereka low dan pulsa mereka juga habis. Padahal aku menitipkan ponselku dalam tas Vinda, yang memiliki baterai dan pulsa full untuk berkomunikasi.
Waktu telah menunjukkan pukul 9, tak mungkin kami memaksakan pulang. Empat orang gadis melawan malam untuk tiba di rumahnya. Akhirnya semua diluar dugaan. Kita memutuskan untuk menginap, tanpa persiapan. Sementara besok adalah hari Senin.
Kita tidak memikirkan hal itu dulu. Sebenarnya masih banyak tugas yang belum kami selesaikan untuk hari esok. Belum menyusun powerpoint sejarah untuk presentasi besok, belum juga menggambar peta untuk materi sejarah besok. Akhirnya kami mengerjakan tugas-tugas itu sampai pukul satu dini hari. Lalu kami tertidur.
Pukul empat lebih kami bangun untuk shalat subuh dan bersiap-siap "sekolah".
Tepat pukul 5.30 motor yang aku dan Lusiana gunakan ternyata kehabisan bensin sehingga kami harus mendorongnya hingga SPBU. Sudahlah!
Kami memacu motor kami ke rumah masing-masing. Sekitar pukul 7.30 pagi aku tiba di rumahku bersama Lusiana. Aku mengganti pakaianku dengan seragam dan jawal mata pelajaran hari ini. Setelah itu pergi ke rumah Lusiana dan melakukan hal yang sama.
Pukul 8 pagi. Kulihat lapangan sekolah masih digunakan untuk upacara hari Senin. Takut dihukum, aku dan Lusiana memutuskan untuk tidak dulu masuk ke lingkungan sekolah. Tapi tunggu hingga selesai upacara. Begitupun dengan Fitri dan Vinda.
Upacara selesai, aku dan kawanku masuk ke dalam kelas yang kebetulan belum ada guru yang datang. Ku dapati Fitri dan Vinda menangis di kelas. Mungkin masih shock mereka. Disambut pula berbagai pertanyaan teman-teman sekelas kami yang lain.
Sekali lagi aku dan tim ku berkata. "Andai ini hari Minggu.", "Udah di sekolah lagi ya?", "MINGGUNYA MANA?????"
***
Teman, kau tahu? Mungkin ini memang pengalaman kurang menyenangkan. Tapi justru dengan semua kesulitan ini, aku rasakan hal yang lain bersama sahabatku. Kebersamaan yang manis dibalik pahitnya perjuangan.
Bagiku, sahabat dan segala kenangan manis pahitnya adalah lebih berharga daripada silver, platinum atau emas sekalipun.

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2