­
#kapsulwaktu #bersyukur #waktu

Balasan Surat untuk Lima Tahun Lalu

Rabu, Februari 17, 2021


     Bismillah...

     Lima tahun telah terbang tinggi. Aku seperti lupa aku pernah rajin menulis pada blog ini. Lima tahun lamanya, mestinya penaku ini mengikat segala hal yang terjadi. Agar aku tak lupa akan hari-hari itu yang sangat berarti.

     Sore ini, tepatnya pukul 2.52, lantunan lagu-lagu nasyid romantis menemaniku yang sedang tersenyum manis bak jatuh cinta lagi dan lagi memikirkan dia yang ku sebut suami. Ya. Suami! Hari ini, pernikahan kami sudah berusia tujuh bulan. Dan Insya Allah, dua bulan lagi akan lahir Jundi-Nya yang kami rindukan.

     Saat sedang asyik dengan For The Rest of My Life - nya Maher Zain - sembari menunggu suami pulang bekerja, jemariku iseng membuka blog pribadiku yang dahulu ku jadikan media curhat pribadi itu. Lalu kudapati salah satu judulnya.


     Tentu saja setiap kata dari tulisan itu laksana semilir angin sejuk yang menerbangkanku kembali pada hari itu. Seolah aku yang sekarang, sembari mengelus perut buncitku, menatap diriku yang saat itu sedang mengetik surat tersebut. Seolah kudapati dirinya seperti lima tahun lalu. Dengan seragam putih abunya, alamater biru mudanya, sedang duduk di meja ketiga baris ketiga pula. Dia sedang tersenyum menatap lamat kartu peserta ujian nasionalnya. Dalam hatinya tak henti bertanya, "Apa yang akan terjadi setelah ini?"

     Gadis itu bertanya dalam suratnya. Katanya...

     "Sudah menjadi apa dirimu sekarang?"

     Saat ini aku sudah menjadi seorang istri yang paling bahagia, beruntung, dan merasa menjadi wanita paling istimewa di dunia. Insya Allah dua bulan lagi akan menjadi seorang ibu. Alhamdulillah.

     Dia bertanya lagi,

     "Sudah sukses dalam karirmu seperti mimpimu dahulu?"

     Enam bulan lalu, tepatnya 20 Agustus 2020, aku resign dari tempat bekerja. Boss dan atasanku yang sangat baik itu mengaku berat dan merasa kehilangan melepasku. Alasan resign saat itu adalah karena aku sudah menikah dan Alhamdulillah Allah begitu cepat memercayai kami untuk menjaga sosok mungil dalam rahimku ini. Lagipula karir yang dahulu sempat diimpikan, kini hilang karena aku punya impian lain yang lebih indah.

     Dia bertanya lagi,

     "Sudah tercapaikah cita-cita untuk menjadi pengusaha itu?"

     Untuk yang satu ini ku jawab belum. Masih dalam proses. Doakan saja ya? Hehe.

     Dia bertanya lagi,

     "Sudah berhasilkah dengan karya-karyamu?"

     Akan ku sebut behasil jika dengan karya itu dapat memberi manfaat untuk penikmatnya. Aku sempat lupa dengan hobi menulis itu. Hingga setelah menikah, suami mengingatkanku bahwa aku mampu menulis. Berkat nasihat dan sarannya, aku kembali termotivasi untuk menulis lagi. Mulai dari microblog pada akun Instagram, kembali mengerjakan sebuah proyek buku - buku sendiri atau kolaborasi dengan dia, dan sekarang aku tertarik menulis lagi di blog ini. Semoga dengan tulisan-tulisan kecil ini, dapat memberi manfaat besar untuk orang banyak.

     Dia bertanya lagi,

     "Sudah berapa buku yang kau terbitkan?"

     Tak banyak memang. Baru satu. Sebuah novel romansa setebal 440 halaman berjudul Fatimah di Akhir Zaman. Suami juga yang mengerjakan design covernya. Setelah ini semangat mencetak "adik-adik" baru buku ini. Doakan ya? Hehe.

     Dia bertanya lagi,

     "Apa kamu sudah menikah sekarang?"

     Sudah. Hari Ahad, 12 Juli 2020 / 22 Dzulqadah 1441 H pukul 10 pagi, dia berakad dengan Papap. Di hadapan seluruh tamu undangan, dua keluarga besar, dengan cincin dia menunjukan kesungguhan cinta tulusnya. Dengan Allah menjadi saksinya, hingga menggetarkan arasy-Nya, dia berjanji akan menjaga istrinya, dunia akhirat. Indah sekali. Dan kau tau siapa dia? Dialah inspirasi isi blog ini sejak dahulu. Salah satu postingan populerku pun bercerita tentangnya,


     Pemuda yang datang menyentuh hatiku, lalu sadar dengan cinta yang keliru, lantas ia berlalu meninggalkan untuk menjaga itu, telah membuatku bertahun-tahun menunggu, telah kembali sejak hari itu!

     Kisah menepikanku (2014 silam) versinya bisa dibaca disini,


     Dalam bayanganku, gadis itu tetap meneruskan tulisannya. Andai saat itu dia tahu semua jawabanku, entah bagaimana reaksinya. Aku tak tahu.

     Hingga dia menulis pertanyaan terakhirnya,

     "Apa juga yang telah kamu lakukan untuk orang-orang yang kamu sayangi?"

     Saat ini, takdir membawaku untuk tinggal di Bogor bersama keluarga kecilku. Orang terkasih yang paling dekat adalah suami dan bayi dalam kandunganku. Keluarga dan sahabat tertinggal jauh di Bandung sana.

     Teruntuk suamiku, entah apa yang sudah kuberikan padamu selama tujuh bulan ini, aku tak ingat. Hanya saja semoga Allah membatuku untuk menyempurnakan baktiku padamu. Semoga kamu bahagia denganku. Semoga aku cukup menjadi penyejuk mata dan hatimu. Pun tak ada yang lebih utama dari keridhaanmu. Surga dan neraka terasa lebih dekat denganmu. Insya Allah, juga dengan rahmat-Nya, ridhamu mendekatkan surgaku. Dan tanpanya, akan mengundang murka-Nya dan menghempaskanku ke neraka sana. Maka cintaku, sayangilah aku, ridhailah aku selalu.

     Teruntuk Mama Papap, keluarga dan sahabat yang tertinggal di Bandung sana, aku juga tak ingat apa saja yang sudah aku berikan selama ini. Hanya saja, semoga aku telah banyak mengukir kenangan indah disana. Insya Allah, aku akan kembali bersama keluarga kecilku nanti. Sementara waktu, aku berjanji tak akan menghilang setelah pernikahan dilangsungkan. Akan ku curahkan seluruh perhatian setiap harinya dari kejauhan. Jangan bosan aku videocall setiap harinya ya? Hehe.

     Hari itu nampak berakhir. Sekali lagi gadis berseragam putih abu itu menatap lamat kartu peserta ujian nasionalnya. Ia lalu membereskan mejanya, menggendong ransel di punggungnya, bersama teman-temannya berjalan keluar kelas, untuk pulang. Ia tak tahu, Allah Maha Baik, menghendaki suratnya itu sampai padaku hari ini.

     Duhai aku, bersyukurlah. Bersyukurlah.

     Alhamdulillah. Alhamdulillahiladzii bini'matihii tathimus shalihaat.

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2