­
#ArtikelIslam

Puncak Memaafkan

Sabtu, Februari 20, 2021

      Adalah hati, dalam setiap diri kita, yang peka akan segala hal yang terjadi. Terkadang ada tangan melayang dan mendarat di pipi, tak jarang ada lisan yang mencaci maki, atau ada pula hati yang ditipu lagi dikhianati.


     Adalah kemuliaan sebagai puncak tertinggi yang mesti dilalui setiap anak tangganya ketika semua hal menyakitkan itu terjadi.


1. Ekspresikan Luka

      Untukmu yang sedang patah hati. Ada anak tangga pertama yang berhak kamu tapaki. Ungkapkanlah seluruh isi hati. Tumpahkanlah dalam tangis dan jangan terburu terhenti.

     Disini kamu masih belum bisa menerima, ikhlas, apalagi memaafkan. Namun, tak tahu juga apa yang hendak dilakukan. Yang telah terjadi tak dapat diubah kembali. Waktu yang telah pergi tak dapat diputar lagi. Tak ada piliihan yang lain selain menerima segala yang telah terjadi. Namun hati belum cukup lapang menampung luka. Maka tak apa, ekspresikan saja.

     Kamu berhak membalas serupa perbuatannya. Namun langsung menapaki anak tangga kedua adalah pilihan yang lebih mulia.

 

2. Diam

       Tepatnya inilah anak tangga kedua. Seiring saat keringnya air mata, walau masih terasa luka yang seperti tak ada habisnya. Namun disinilah fasenya. Meski disini kamu masih memendam luka, diam-diam hatimu mulai ditata. Untuk melangkah pada anak tangga ketiga.

 

3. Sabar

      Agaknya hatimu sedikit lebih lapang dari sebelumnya. Meski ia belum cukup luas untuk menampung luka yang ada. Batinmu terasa belum siap menerima semuanya. Belum siap pula memaafkannya. Tapi dengan sabat kamu masih berusaha. Untuk terus naik ke anak tangga selanjutnya. Walau kadang merosot lagi dan lagi, kamu berusaha naik lagi dan lagi. 

 

4. Ikhlas

     Di anak tangga yang ke empat, hatimu sudah cukup lapang menerima kenyataan yang ada. Ia terasa lebih tenang dari sebelumnya. Kali ini sesenyum sudah sedikit tergaris. Hatimu sudah siap menerima semuanya, meski ia belum siap memaafkannya.

    Sering kali, saking dalamnya luka itu, menghempaskan dirimu kembali. Dan disana kamu akan tertatih untuk naik lagi.

 

5. Maafkan

     Betapa beruntungnya kamu jika sudah mampu memaafkan. Hari-harimu akan jauh lebih menenangkan. Meski bukan serta merta luka itu berhasil kamu hilangkan. Setidaknya, gejolak dendam berhasil kamu kalahkan.

 

6. Balas Kebaikan

     Disini adalah puncak tertinggi dari kemuliaan memaafkan. Sungguh, tak ada yang jauh lebih memuaskan daripada balas dendam, selain membalas keburukan dengan kebaikan. Hingga hati yang tega berbuat kejam akan merunduk malu atas segala perbuatannya yang menyakitkan. 

 

***

 

     Teruntuk jiwa yang pecah seribu, cukuplah begitu. Jangan pula ia dijadikan berdebu. Teruntuk hati yang telah patah, cukuplah ia patah. Jangan biarkan ia berjelaga kian parah. Jikalah pedih tak jua bisa diredam, jangan pula terkalahkan oleh benci dan dendam. Cukuplah hati yang luka tiada henti menteror, jangan pula kau biarkan ia menjadi kotor.

 

     Dalam perjuangan menapaki setiap anak tangganya, tak ayal kenyataan yang menyakitkan terus menghempaskan kita kembali ke anak tangga pertama. Tak apa. Asalkan hati kita tetap ditata. Semoga Allah membuahkan pahala kepada setiap orang yang terus berjuang, tertatih menapaki setiap anak tangga. Hingga tiba kita siap menerima, memaafkan, bahkan bertandang ke rumahnya untuk berbuat baik kepadanya. Semoga.


     "Dan tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya." - HR. Muslim.

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2