­
#Cerbung

Long journey for a memory (Chapter 1: Welcome to the new school!)

Minggu, Oktober 26, 2014

     Pagi itu tepatnya hari Jum'at, terakhir kalinya aku berada di sekolah dasar yang sama sekali jiwa dan hatiku tak ada di dalamnya. Sempurna sudah aku menggoreskan tinta pada halaman diaryku.Rasa syukur terus terucap di bibirku. Aku begitu bahagia karena akan meninggalkan sekolah asalku yang cukup ternama di kota Bandung. Aku akui sekolah itu keren, fasilitasnya lengkap, mungkin banyak anak seusiaku yang berharap dapat menggarap ilmu di sana. Tapi tidak bagiku. Aku tak pernah merasa bahagia di sekolah itu. Entahlah... Aku hanya tidak pernah merasa nyaman dengan kawan-kawan sekelasku. Terutama "dia", kawan perempuan yang aku benci hingga saat ini yang selalu memusuhiku tanpa alasan yang jelas selama bertahun-tahun.
     Teman, saat itu usiaku baru menginjak 11 tahun. Aku duduk di bangku kelas 5 SD. Ini adalah kali terakhir aku belajar di sekolah asalku. Saat itu aku sedang belajar seni karawitan, guruku dengan lihai menggerak-gerakkan tubuhnya dan mengibas-ngibas selendangnya, mengajari kami untuk menari.
     "N, kamu mau pindah?" Tanya sahabat dekatku saat aku tengah meneguk minumanku.
     "Em'hm....." Sahutku sambil terus meneguk minumanku.
     "Kenapa kamu gak bilang-bilang?" Tanyanya kemudian.
     "Gak apa-apa." Sahutku.
     "Eh, awas loh kamu. Biasanya anak baru itu suka dimusuhin loh..." Ujar bocah perempuan yang selalu memusuhiku. Entah apa yang memotivasinya untuk bicara saat itu. Aku pun merasa aneh.
     Tumben ngomong sama aku. Lagian aku lebih suka pergi dari sini lalu punya temen baru, gak musti ketemu sama situ setiap hari. Batinku. Bibirku hanya sedikit tersenyum menjawabnya.
     Well, bel pulang sudah berdering dengan indah. Saatnya aku mengucapkan selamat tinggal pada sekolah buruk ini.

***
     "Ma, serius ini sekolah baru aku?" Tanyaku pada ibuku.
     Aku tatap lingkungan sekolah baruku itu. Sangat jauh berbeda dengan sekolah asalku di Bandung. Lapangannya masih dengan tanah, sekolahnya lebih kecil, lebar gerbangnya hanya sekitar 2 meter, belnya masih dengan lonceng, tak ada kantin, tak ada perpustakaan, tak ada lab komputer atau lab IPA, tak ada ruang musik. Sekolah ini lebih sederhana di banding sekolah asalku.
     "Ya, ini sekolah barumu." Sahut ibuku.
     "Kenapa di sini? Aku kan maunya di SDN xxx." Gerutuku kesal dan manja. Saat itu yang aku tahu SDN xxx adalah sekolah favorit (katanya). Karena aku lihatpun tidak terlalu jauh berbeda dengan sekolah asalku.
     Ibuku hanya tersenyum lalu dengan lembut berkata. "Kamu akan suka sekolah di sini. Sekolah ini kamu bisa pergi sekolah sendiri. Soalnya sekolahna deket sama rumah. Kalau SDN xxx kan jauh."
     Aku hanya bisa mengkatupkan bibirku serapat mungkin saat itu. Aku duduk di kursi panjang sebuah warung, pengganti kantin di sana. Ku lihat sudah ramai murid berdatangan. Mereka melempar tatapan aneh padaku. Aku semakin risih di sana.
     Di sinilah aku. Di sekolah baruku yang jauh lebih sederhana.
***

To be continued...

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2