­
#kisah

Cause we never ever turning back the time!

Kamis, April 02, 2015


     "Tugas, tugas, tugas....."
     "Kapan semua tugas ini akan berakhir?"
     "Hei, what do you think about math?", "i feel like i'm dying."
     "Ulangan dadakan?! Guru itu kenapa sih seneng banget kasih -kejutan-?"
     "Hari Minggu kita disita lagi sama tugas kelompok!"
     Hahaha..... Ya, kiranya itulah beberapa contoh keluh kesah para pelajar. Tugas, ulangan mendadak, tes, guru yang menyebalkan, dan lain sebagainya. Hal itu yang menjadi faktor utama kejenuhan para pelajar.
     "Lama banget sih buat lulus!"
     "Pengen buru-buru kerja! Dapet uang sendiri, shopping, bebas tugas sama ulangan!"
     Tak dipungkiri, tidak juga munafik, kalimat-kalimat itu juga sering aku ucapkan saat jenuh di kelas dengan teman-teman. Tak sabar rasanya untuk mampu bekerja. Terlebih menghindari tugas dan ulangan.
    
*****
     Satu setengah tahun lamanya aku menempuh perjalanan pendidikanku di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung ini. Genap menginjak semester 4, kelas XI jurusan Administrasi perkantoran dan kelas XI jurusan Usaha Perjalanan Wisata melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
     Hari-hari sebelum PKL kami lalui dengan suasana sedikit sendu. Karena tak lama lagi kami akan sangat jarang bertemu selama 3 bulan.
     "Udah pagi lagi? Bosen tau liat muka kamu!" Biasanya kalimat itu yang terucap dari mulut kami.
     Hari pertama PKL. Semangat sih. Tapi entah apa rasanya ada yang hilang.
     Pukul 7 pagi. Aku duduk manis di dalam ruangan asing -sendirian-. Teringat sepenggal kalimat dari guru pembimbingku, "Usahakan jangan diam. Kalau tidak ada kerjaan, tanya dan minta pekerjaan."
     Terang saja karena kalimat itu membuatku mondar-mandir dalam ruangan.
     Aku harus apa? Membereskan meja bapak itu yang berantakan? Tapi aku tidak tahu arsip apa saja itu? Apa yang harus aku kerjakan?
     Lucu memang. Seorang gadis tak berpengalaman yang mencoba mempraktikan bekerja yang sesungguhnya. Entah terlalu semangat atau terlalu takut terlambat membuatku datang satu jam lebih awal dari jam masuk kantor. Belum ada siapapun di ruangan ini. Tak ada orang yang bisa aku tanya apa yang bisa aku kerjakan. Ku hempaskan tubuhku diatas kursi lalu bersandar. Wajahku tertunduk.
     Aku menatap sekitar. Ruangan yang lain. Masih terbayang jelas ruangan kelas itu. Lalu aku memutar-mutar kursi empuk yang sedang aku duduki. Kursi yang lain dari biasanya yang terbuat dari kayu yang keras dan begitu kaku. Kuletakkan lenganku di atas meja berlapis kaca. Meja yang lain dari biasanya yang berlapis sedikit coretan pena dan tipe-x. Dua meja untuk satu orang, bukan satu meja untuk dua orang.
     Oh, hari pertama aku mulai merindukan suasana ruangan kelas.
     Andai saja ada satu saja seorang teman di sini. Aku tak akan terlalu gelisah kebingungan sendirian begini.
*****
     Hari demi hari aku lalui di instansi pemerintah ini. Jujur aku merasa bosan. Setiap hari mendengarkan ibu-ibu berceloteh tentang suaminya, anak-anaknya, kunjungannya ke rumah mertuanya, keluarganya, persiapan pernikahan anaknya, cucunya, dan sebagainya. Aku hanya bisa diam, tak bisa ikut mengobrol. Tentu, mereka berceloteh tentang keluarganya, anak kecil seperti aku mana tahu tentang itu?
     Baik sekali. Senang rasanya ternyata aku memiliki dua orang teman. Mereka juga sama-sama peserta PKL dari sekolah lain. Entahlah, betapa senangnya aku bertemu dengan teman yang seusia denganku. Aku akan memiliki teman yang cocok untuk mengobrol, tertawa, melakukan hal gila bersama di tempat PKL. Ya, saat hanya ada kami bertiga saja tentunya.
*****
     Dua bulan berlalu. Aku mulai terbiasa dengan pekerjaan sementara ini. Yah, walaupun aku selalu menunggu kedatangan hari Sabtu untuk datang ke sekolah mengisi absen. Setidaknya itu menjadi kesempatan untuk bertemu teman-teman.
     Dan, waktu memang selalu habis. Saatnya teman-teman PKL yang lain kembali ke sekolahnya masing-masing. Inilah aku, kembali terbawa tua dalam ruangan ini.
     Tapi ada satu karyawan yang masih muda. Ia seusia dengan kakak perempuanku. Orangnya baik dan ramah sekali. Senang sekali aku bisa akrab dengannya. Aku merasa ada teman sebaya jika ada dia. Yah, walaupun perbedaan usianya terpaut kurang lebih 10 tahun lebih tua denganku.
     Tidak buruk juga ternyata. Terlambat sekali aku sadari. Lingkungan kantor ini pun ternyata tak begitu membosankan. Akhirnya aku bisa benar-benar menikmati jam jam kerja. Tapi sayangnya, tinggal tersisa beberapa hari saja sebelum aku kembali ke sekolah.
     Teringat juga sebenarnya bagaimana lingkungan sekolah itu. Terlebih saat-saat kenakalan kami. Pagi-pagi kami tengah serius mengerjakan PR, mendadak kompak ketika ulangan, tidur di kelas, satu kelas bernyanyi atau menonton bersama lewat layar proyektor ketika tak ada guru, bermain UNO games atau monopoli, pura-pura terkunci di dalam kelas agar guru tak bisa masuk kelas. Atau sisi kebaikan kami. Serius memecahkan masalah belajar, belajar keras ketika ada ulangan dadakan, kompak dalam kebaikan, berdebat dengan guru, persaingan akademis, menunjukan kemampuan masing-masing, dan lainnya.
     Aku mulai bisa merasakan bagaimana perasaan mereka yang telah selesai menempuh pendidikannya. Memang benar kata mereka: Masa putih abu memang masa terindah yang tak bisa terulang. Ketika masa sekolah kadang tugas membuat kita jenuh dan ingin segera dapat bekerja, tapi setelah bekerja justru kita akan merindukan tugas-tugas itu dan ingin kembali ke sekolah.
     Seperti penggalan kalimat yang biasa terucap.
     "Pengen buru-buru kerja. Biar bebas tugas terus bisa cari uang sendiri terus shopping."
     Girls, tidakkah melihat-lihat pakaian bersama teman itu lebih menyenangkan daripada shopping sendirian?
     Masih tersisa satu tahun tiga bulan lagi sebelum aku meninggalkan bangunan bersejarah ini, saksi dari hari-hari remaja terindah yang takkan pernah bisa terulang lagi . Beruntung sekali aku mendapatakan kesempatan bekerja sebelum aku lulus. Hingga aku dapat menyadari suatu hal yang penting sebelum aku menyesalinya suatu hari nanti. Kemarin telah berlalu, hari esok belum kunjung tiba, yang kita miliki hanyalah hari ini. Nikmatilah setiap waktu yang masih kita miliki. Tak akan ada yang tahu berapa lama kita hidup. Cause God never ever turning back the time for us.

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2