­
#ArtikelIslam

Kakek tua si penguji

Rabu, April 29, 2015

     Manusia. Pada dasarnya memang bersifat pelupa. Siapa dirinya sebenarnya, dari mana asalnya, kemana tempat kembalinya. Lupa pada perkara itulah kiranya sangat berbahaya karena dapat membuat manusia bersifat angkuh.
     Dikisahkan satu riwayat. Kisah tiga orang berpenyakit serta berkekurangan dengan seorang kakek tua.
     Seseorang berjalan tanpa tujuan, ia hanya mengikuti kemana ibu jari kakinya membawa tubuhnya pergi. Di sanalah ia bertemu seorang lelaki tua.
     "Kau hendak kemana?" Tanya kakek itu.
     "Entahlah. Tak ada yang mau menerimaku. Kakek tolonglah. Aku berpenyakit kulit. Semua orang menghindariku karena mereka merasa jijik dengan penyakitku!" Sahutnya.
     "Kemarilah." Ujar sang kakek lalu mengusap kulit orang itu hingga sembuh.
     "Oh! Kakek terima kasih!" Serunya bahagia.
     "Katakan. Apa lagi yang kau mau?" Tanya sang kakek.
     Orang itu memanggut-manggut lalu berkata.
     "Aku ini orang miskin. Aku mau seekor sapi dan harta yang melimpah."
     "Pergilah ke danau itu. Di sana ada seekor sapi yang sedang hamil. Rawatlah sampai ia melahirkan. Lalu uruslah mereka hingga terus berkembang biak." Ujar sang kakek.
     Orang itu berlalu dengan hati riang menuju danau.
     Dikisahkan lagi orang ke dua. Ia berjalan tanpa tujuan. Ia hanya mengikuti kemana ibu jari kakinya membawa tubuhnya pergi. Di sanalah ia bertemu seorang lelaki tua.
     "Kau hendak kemana?" Tanya kakek itu.
     "Entahlah. Kakek tolonglah. Aku botak. Semua orang memiliki rambut, aku tidak. Aku juga ingin memiliki rambut!" Sahutnya.
     "Kemarilah." Ujar sang kakek lalu mengusap kulit kepala orang itu hingga tumbuhlah rambutnya.
     "Oh! Kakek terima kasih!" Serunya bahagia.
     "Katakan. Apa lagi yang kau mau?" Tanya sang kakek.
     Orang itu memanggut-manggut lalu berkata.
     "Aku ini seorang yang miskin. Aku mau seekor unta dan harta yang melimpah."
     "Pergilah ke danau itu. Di sana ada seekor unta yang sedang hamil. Rawatlah sampai ia melahirkan. Lalu uruslah mereka hingga terus berkembang biak." Ujar sang kakek.
     Orang itu berlalu dengan hati riang menuju danau.
     Dikisahkan lagi orang ke tiga. Ia berjalan tanpa tujuan. Ia hanya mengikuti kemana ibu jari kakinya membawa tubuhnya pergi. Di sanalah ia bertemu seorang lelaki tua.
     "Kau hendak kemana?" Tanya kakek itu.
     "Entahlah. Kakek tolonglah. Aku buta. Aku ingin bisa melihat." Sahutnya.
     "Kemarilah." Ujar sang kakek lalu mengusap  kedua mata orang itu hingga ia dapat melihat indahnya dunia.
     "Oh! Kakek terima kasih!" Serunya bahagia.
     "Katakan. Apa lagi yang kau mau?" Tanya sang kakek.
     Orang itu memanggut-manggut lalu berkata.
     "Aku ini seorang yang miskin. Aku mau seekor kambing dan harta yang melimpah."
     "Pergilah ke danau itu. Di sana ada seekor kambing yang sedang hamil. Rawatlah sampai ia melahirkan. Lalu uruslah mereka hingga terus berkembang biak." Ujar sang kakek.
     Orang itu berlalu dengan hati riang menuju danau.
     Tahun ke tahun telah bergulir. Ketiga orang itu menjadi seorang yang kaya raya.
     Datanglah seorang kakek tua berpenyakit kulit menjijikan dengan pakaian compang-campingnya pada orang kaya raya dengan ternak sapinya yang sangat banyak.
     "Nak, tolonglah. Beri kakek sedikit saja makanan untuk hidup hari ini. Dan seekor sapi saja untuk bekal kakek." Kakek tua itu nampak memelas kasih pada orang kaya pemilik ternak sapi yang dahulunya adalah orang berpenyakit kulit menjijikan dan miskin.
     "Tidak! Ini hartaku! Aku memperolehnya dengan jerih payahku! Sedang kau enak-enak saja hanya meminta hartaku!" Bentak orang itu.
     "Wahai kau! Tidakkah kau ingat dahulu kau adalah seorang yang berpenyakit sama sepertiku dan kau adalah seorang yang miskin pula?! Jika kau mendustakannya, maka aku berdo'a kepada Allah agar Dia membalikkan keadaanmu seperti semula!" Sahut kakek tua itu.
     Lalu datanglah seorang kakek tua yang botak dengan pakaian compang-campingnya pada orang kaya raya dengan ternak untanya yang sangat banyak.
     "Nak, tolonglah. Beri kakek sedikit saja makanan untuk hidup hari ini. Dan seekor unta saja untuk bekal kakek." Kakek tua itu nampak memelas kasih pada orang kaya pemilik ternak unta yang dahulunya adalah orang botak dan miskin.
     "Tidak! Ini hartaku! Aku memperolehnya dengan jerih payahku! Aku memperolehnya bukan dari warisan atau apapun! Sulit bagiku untuk mengumpulkan harta ini! Sedang kau enak-enak saja hanya meminta hartaku!" Bentak orang itu.
     "Wahai kau! Tidakkah kau ingat dahulu kau adalah seorang yang botak sama sepertiku dan kau adalah seorang yang miskin pula?! Jika kau mendustakannya, maka aku berdo'a kepada Allah agar Dia membalikkan keadaanmu seperti semula!" Sahut kakek tua itu.
     Lalu datanglah seorang kakek tua yang buta dengan pakaian compang-campingnya pada orang kaya raya dengan ternak kambingnya yang sangat banyak.
     "Nak, tolonglah. Beri kakek sedikit saja makanan untuk hidup hari ini. Dan seekor kambing saja untuk bekal kakek." Kakek tua itu nampak memelas kasih pada orang kaya pemilik ternak kambing yang dahulunya adalah orang buta dan miskin.
     "Tentu, kek." Sahut pemilik ternak kambing itu. Ia memberi makan kakek itu dan seekor kambing padanya.
     "Terima kasih, nak. Semoga keberkahan untukmu selalu." Ujar kakek itu.
*****
     Mengingat kisah itu, membuat fikiranku kembali melayang pada sepenggal kalimat yang pernah dikatakan seseorang padaku yang juga selalu menjadi bahan renungan.
     "Aku hanya manusia biasa. Lahir dari setetes mani. Mati jadi bangkai. Kemana-mana membawa kotoran. Tak bisa mencegah musibah. Tak bisa mendatangkan anugerah."
     Memang benar. Benar sekali. Kalimat itu sungguh pantas diingaktan setiap hari, setiap saat. Betapa kerdilnya manusia. Bagaimana mungkin manusia kecil dapat begitu angkuh atas segala yang telah diberika-Nya yang bahkan semua itu hanyalah titipan?
     Aku berani menulis ini pun bukan berarti aku telah suci dari sifat sombong itu. Bukan maksud menulis untuk mengajar, tetapi menulis untuk belajar.
     Semoga kita selalu dilindungi-Nya dari sifat angkuh dan sombong.

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2