­
#kisah

Beratkah jalan berdakwah?

Senin, Maret 16, 2015

     Sampaikan dariku walau satu ayat. Kiranya itu cukup terngiang jelas dalam telinga gadis belia berbilang 17, sebut saja fulanah. Kebetulan saat itu ia tengah mendalami materi mata pelajaran pendidikan agama islam mengenai dakwah. Ketika itu sang guru memberi tugas berdakwah pada perwakilan murid untuk kelompoknya. Entah mengapa seisi ruangan kelas menatap gadis berjilbab itu.
     Mereka berdiskusi. Lalu menunjuk Fulanah sebagai perwakilan kelompoknya. Tema apa yang hendak diambil. Fulanah hanya diam dalam kerumunan kelompoknya. Menunggu tema pilihan rekan kelompoknya.
     "Bagaimana jika dakwahnya bertemakan kaum remaja?" Usul rekan satu.
     "Ya! Coba tentang pacaran dimata Islam!" Usul rekan yang lain.
     "Ya! Itu materi cocok untuk remaja seusia kita! Apalagi bicara soal cinta."
     Fulanah hanya terdiam. Hatinya begitu takut untuk mengungkapkan kebenaran yang satu ini. Tapi akhirnya ia angkat bicara.
     "Jangan! Bagaimana kalau materinya tentang wanita? Wanita itu selalu menarik untuk diperbincangkan. Apalagi di kelas kita hampir semuanya wanita."
     "emang tentang apa?" Tanya rekan yang satu.
     "Umm.... tentang jilbab." Bola mata Fulanah nampak bergiliran menatap wajah rekannya satu per satu.
     Hening sejenak. Mereka mempertimbangkan usul Fulanah. Tapi satu rekan akhirnya menyahut.
     "Jangan! Cinta lebih menarik diperbincangkan." Lalu yang lain memanggut tanda setuju.
     "Minggu depan kamu dakwah tentang itu ya? Siapin bahannya dari sekarang. Aku yakin kamu punya banyak pengetahuan dan referensi tentang ini." Ujar salah satu rekan. Fulanah hanya mengangguk menyatakan kesiapannya.
*****
     Satu pekan telah berlalu. Hari ini saatnya Fulanah menyampaikan sebuah kebenaran dalam dakwah.
     Ia melihat perwakilan kelompok yang lain begitu pandai menyampaikan ilmunya. Ada yang mengambil tema berbakti kepada kedua orang tua, tertawa, dan materi mainstream seperti biasanya. Hatinya bergetar dan semakin takut materi dakwahnya akan sulit diterima teman-temannya.
     Tibalah saatnya. Fulanah memberanikan diri menyampaikan dakwahnya. Seperti dugaannya, teman-teman sulit menerimanya. Rasanya Fulanah ingin segera menyudahi materinya. Hatinya merasa seperti menyesal memilih topik pembicaraan yang kurang tepat. Habislah sudah materi yang ia sampaikan. Diakhir dakwahnya, ia sungguh meminta maaf jika ada yang kurang menyukai dakwahnya.
     Fulanah kembali ke tempat duduknya. Ia menempelkan kening ke permukaan mejanya. Lalu ia menangis tanpa ada yang menyadarinya.
     Kenapa aku mau memilih tema itu? Masih banyak topik lain yang tak kalah penting dan menarik untuk dibicarakan! Apakah dakwahku terkesan menggurui? Apakah dakwahku justru menyakiti hati mereka? Batin Fulanah.
     Hatinya tertunduk mengingat Rasulullah SAW. Mengingat bagaimana beratnya perjuangan dakwah Nabi SAW. Tapi beliau tak pernah terlihat selemah ini. Beliau selalu berani menyampaikan kebenaran. Meskipun banyak orang yang menolak hingga melemparinya dengan batu hingga beliau bercucuran darah atau bahkan nyawanya sekalipun yang terancam diujung tombak. Beliau tetap gagah menyampaikan cintanya melalui dakwah. Sungguh malu diri Fulanah pada Beliau SAW.
     Wajah gadis itu terangkat. Ia menyeka air matanya lalu tersenyum. Seharusnya, sepahit apapun kebenaran yang harus terungkap, tetaplah namanya kebenaran. Bukanlah yang nampak indah namun busuk isi dalamnya. Seharusnya berani itu selalu ada dalam kebenaran. Agar tak banyak orang terlena dalam kehampaan.
     Layaknya mentari. Ia begitu berarti bukan karena api yang dimilikinya, tetapi karena cahaya yang dibaginya pada bumi. Apalah artinya mentari yang memiliki api jika ia tak mampu menyinari bumi? Seperti manusia yang bukan dihargai karena pengetahuannya, tetapi justru ilmunya yang terus ia tebar ke segala arah untuk bentuk cintanya. Apa pula artinya manusia pandai berilmu jika ia tidak bermanfaat bagi orang di sekitarnya?
     Batinnya selalu berbisik. Aku hanya ingin berbagi syurga dengan orang tersayang. Aku tak ingin taat seorang diri.

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2