Aku telah berdiskusi dengan kerang itu. Yang akhirnya dia menyetujui untuk memberiku mutiara itu sebelum malam tiba. Itu artinya, aku memiliki sisa sunset untuk dinikmati dengan berdansa bersamanya. Ya, aku begitu bahagia dengan keputusannya.
Namun, tak ada bahagia tanpa syarat. Kini aku seperti terjun ke dalam lautan bersamanya. Aku tak kan hanya diam dan hanya menunggu. Aku akan selalu ada di belakangnya. Mendorongnya menerjang ombak kasar itu. Aku ingin menjadi saksi perjuangannya. Dan aku ingin aku berada di sana saat dia telah berhasil melawan. Sesekali begitu menyakitkan ketika aku melihatnya kelelahan dan sikapnya berubah. Namun aku memilih untuk diam. Hingga suatu saat, ia nampak begitu lelah dan mempengaruhi perilakunya terhadapku. Aku memutuskan untuk bicara. Yang akhirnya selalu dibuntuti oleh pertengkaran kecil. Hingga aku tahu bahwa ia terluka dengan perkataanku. Akhirnya aku memilih bungkam. Namun dia tak ingin aku diam, katakan saja apa aku rasakan. Kembali lagi aku bicara, tetap berujung pertengkaran.
Kali ini aku menyesal telah bicara. Dengan itu, aku hanya menyulitkannya. Ia telah cukup terluka dengan ombak ini yang ditambah pula aku jika menuntut bahagia darinya.
Aku tak kan pernah bisa menyematkan tiara yang akan memberimu takhta di singgasana lautan ini. Tapi setidaknya aku bisa berhenti berbicara agar kau tahu bahwa semuanya baik baik saja.
0 komentar