­

Indonesian's Past and Future

Rabu, November 12, 2014

     Seseorang bertanya padaku, "apa yang ada di dalam benakmu ketika kamu mengingat masa depan dan masa lalu?"
     Jika masa lalu, yang terlintas di fikiranku adalah sesuatu yang telah berharga dan hilang begitu saja. Lantas bagaimana dengan masa depan? Yang ada dalam benakku saat berbicara mengenai masa depan adalah antara penasaran dan takut.
     Seseorang berkata lagi, "kau takut artinya kau tidak siap dengan apa yang akan terjadi nanti,".
     Dalam hati aku mengangguk tanda setuju.
     Mungkin ini kepecundanganku, merasa takut dengan nasibku sendiri di masa yang akan datang. Bukan takut apa yang akan aku dapatkan nanti, tapi apa yang akan aku berikan nanti?
     Aku kembali mengamati apa yang bisa aku lihat. Ku dengar juga berbagai perubahan akan di lakukan di negeri ini. Contohnya saja, konon kolom agama pada KTP akan dikosongkan. Aku bertanya-tanya sendiri. Bagiku agama itu sangat penting dalam urusan kenegaraan, mengapa dikosongkan? Tidakkah aneh seseorang beragama dianggap tidak beragama? Bagaimana dengan sila pertama dari pancasila?
     Hanya sekali lagi aku bertanya pada negeri yang kurasa semakin kacau ini. Akan jadi apa negeri ini kurangnya 5 tahun kedepan? Aku bertanya lagi, apa yang bisa aku berikan dan bisa aku perbaiki dari kekacauan negeri ini sekitar 10 atau 20 tahun ke depan?
     Banyak sekali perubahan yang menurutku aneh. Itulah yang aku takutkan.
     Seseorang bertanya lagi, "Kau belum siap dengan masa depan karena kau takut dengan perubahan?"
     Tidak! Bukan itu maksudku.
     Aku bertanya lagi. Akan seperti apa aku dan negeriku di masa depan nanti? Akankah berjalan menuju masa depan yang cerah? Akankah menyusul negeri lain yang telah lama menjadi negeri pujaan? Atau justru keanehan dan setitik kekeliruan langkah akan merusak segala rencana? Justru membuat kita terjebak dalam lembah keterbelakangan? Justru perubahan yang akan menghancurkan.
     Aku berdesis menyalahkan orang atas. Padahal aku tahu pasti terselip kebaikan yang aku tak tahu. Aku berdesis lagi. "tidak adakah berita mereka yang sungguh-sungguh mengabdi pada negeri ini? Bukan hanya mengisi perut buncit mereka?" Aku kembali bertanya pada diriku. "Tidak adakah persiapan untuk menjadi mereka dan sungguh-sungguh mengabdi pada negeri ini? Atau menjadi diriku yang saat ini dan bersungguh-sungguh mencintai masa depan negeri ini
     Jika aku rasa masa lalu Indonesia itu lebih baik dari sekarang, melihat banyak sekali manusia pahlawan berani meneggakkan cinta mereka  pada tanah air. Bagaimana dengan sekarang? Atau nanti?

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2