­
#Cerbung

Long journey for a memory (Chapter 3: Together we pass the days)

Selasa, Mei 12, 2015

     Beberapa minggu telah ku lalui. Seiring dengan semilir angin yang kian berhembus, memberi ketenangan sendiri di hari-hari ku tumbuh bersama tumbuhan, berlari bersama angan. Menangis bersama hujan. Tertawa bersama awan.
     Aku coba kenali orang-orang. Walau sulit rasanya jika mengingat mereka dalam sekedipan mata saja.
     Hari itu, aku bersama kawan baruku hendak memasak dan makan bersama. Tentu, itu adalah hal yang jarang sekali aku temui di area ibu kota. Rencana kami, memasak makanan khas Sunda yang belum fenomenal saat itu, seblak. Sangat khas memang namanya, untuk makanan pedas berbahan dasar kerupuk itu.
     "Apinya jangan terlalu besar!" Seru Rina.
      Seingatku di sana hanya ada aku, Viviani, Herlin, juga anak laki-laki yang belum aku kenali Ahfie dan Aidan. Tapi ada satu anak laki-laki yang cukup dekat denganku saat itu, dan tentu saja sudah aku kenali, Henry.
     Akirnya masaklah seblak kami. Kami memakannya bersama beralaskan rerumputan di tengah pesawahan. Juga daun pisang sebagai pengganti piring. Jujur aku lebih bahagia dengan segala kesederhanaan ini. Asalkan bersama sahabat yang tulus saling mencintai.
     "Aahh!" Pekikku terkejut karena seblakku terjatuh ke tanah.
     Seketika semua kawanku tertawa. Hanya saja yang paling aku ingat tawanya Ahfie.
     Melihat hanya aku yang hanya bisa menatap sehelai daun pisang kosong itu rupanya membuat hati mereka terdorong untuk membagi seblak mereka walau sedikit.
    Untuk hari itu kami lalui dengan tawa bersama, disaksikan mentari yang bergerak hingga senja.

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2