­
#Cerbung

Bidadari Jomblo

Jumat, Mei 06, 2016

Part 1: Cinta Datang, Lalu Pergi

   Seorang gadis cantik menggenggam segelas coklat panas di tangan kirinya. Sayangnya kemolekan parasnya bersembunyi dibalik bibirnya yang terkatup rapat, alisnya yang dikerutkan, pandangan matanya yang kosong. Gadis berbilang 18 pemilik nama Kirei itu memutar-mutarkan jemari lentiknya di rambut yang ikal bagian bawahnya. Ia menggeram.
     "Aargh... bosen ngejomblo gue."
     Rupanya itu yang keluar dari bibir manisnya. Rupanya itu yang tengah mengganggunya.
     DDRRRTTT.... Ponsel pintarnya berdering nyaring memberitahukan pemiliknya ada pesan masuk. Rupanya pesan berupa catatan suara di line.
     "Rei, gue mau cerita. Gue punya temen sekelas, namanya Fahriel. Dia juga les di tempat yang sama kayak gue. Nah tadi waktu les, dia mainin hp gue. Eh dia buka-buka chat line gue. Nah disana ada chat kita kan. Nah si Fahriel buka itu terus liat ava line lo. Nah dia bilang 'Eh, Nis, lo punya temen cakep ga bilang-bilang. Kenalin lah!' Nah terus dia kekeh banget tuh minta id line lo. Maksaaaa banget. Tapi belum gue kasih. Gue mau bilang dulu sama lo. Gimana? Gue kasih jangan?"
     Dengan lincah jemari Kirei menulis balasan pada pesan sahabatnya, Nisrina.
     "Kasih aja, Nis." Terkesan agak santai jawabannya. Ya itu dia karakter khas Kirei, terlihat cuek dan berselera tinggi untuk soal lelaki. Pernah terucap di bibirnya kalau dia tidak pernah asal mencari pacar, dia juga selalu pilih-pilih andai kisah cintanya kandas dia memiliki mantan yang juga terpilih. Sangat selektif memang ini juga penyebab dia bertahun-tahun menjomblo.
     Tak lama kemudian notifikasi line memberitahukan ada teman baru untuk Kirei. Dilihat avatar lelaki ini, dia cukup rupawan bagi Kirei. Semenjak itu keduanya larut dalam percakapan yang berkepanjangan hingga berhari-hari.
     "Video call yuk!" Ajak Fahriel.
     Kirei menyetujuinya. Namun sayang sinyal yang kurang bagus menjadi penghambat kelancaran proses PDKT lewat video call itu. Akhirnya Kirei menulis pesan.
     "Kamu download google hangouts dong. Pake itu buat video call."
     Akhirnya Fahriel mengunduh aplikasi itu. Lalu, larutlah keduanya dalam percakapan hangat dalam video call. Kirei senang karena Fahriel juga ikut berusaha untuk itu.
     Berhari-hari hanya bicara via chat karena kesibukan masing-masing yang sedang menempuh ujian praktik, Fahriel mengajak Kirei untuk bertemu di satu waktu senggang. Kirei menyetujuinya. Tapi Kirei meminta Fahriel untuk membawa laptopnya, karena laptop Kirei sedang rusak. Sementara Kirei memerlukan laptop untuk mengerjakan tugas proposalnya. Keduanya memutuskan bertemu hari Kamis pukul 5.30 sore, sepulang latihan ujian praktik Fahriel di sekolahnya.
     Hari itu di sianga yang terik. Kirei baru menyelesaikan ujian praktik olah raganya. Sahabatanya Chacha mnghampirinya.
     "Eh. Lo jadi ke rumah gue gak, Rei?"
     "Jadi kok jadi. Sambil gue nunggu jam setengah enam."
     "Wah ciiee jadi nih ketemuannya."
     Kirei hanya tersenyum. Lalu keduanya pergi ke rumah Chacha. Ternyata Kirei menembukan komputer di sudut kamar Chacha.
     "Eh, Cha. Gue pinjem komputer lo buat bikin tugas gue ya?"
     "Pake, Rei. Pake ajaaa."
     Asyik mengerjakan propsoal, waktu tak terasa berlalu. Jam sudah menunjukan pukul 5.15 sore.
     "Ah, sial. Udah jam segini aja. Mana badan gue juga bau abis olah raga tadi. Mana bisa gue ketemu Fahriel kayak gini. Lagian proposalnya juga udah selesai." Batin Kirei.
     Akhirnya Kirei memutuskan untuk membatalkan janji temunya dengan Fahriel dengan penjelasan yang sejujurnya. Rupanya itu adalah awal yang buruk dari hubungan mereka.
     Keduanya memutuskan untuk bertemu dilain waktu. Hari Sabtu pukul 3 sore. Kirei sudah sangat cantik dengan gayanya.
     "Fariel, aku udah siap." kata Kirei di chat linenya.
     Tak ada jawabahan. Berlaki-kali diline masih belum ada jawaban. Hingga satu jam kemudian.
     "Aduh. Rei. Sorry banget aku ketiduran. Hari ini jadi?"
     "Ya menurut kamu? Aku udah siap nih."
     "Oh iya. Sorry sorry. Kita berangkat sekarang? Aku belum mandi."
     "Ya mandi sekarang lah."
     "Ok ok."
     Agaknya sikap Fahriel yang setengah-setengah itu sempurna membuat Kirei geram padanya. Lima belas menit berlalu.
     "Kirei, bisa ga kita ketemunya diluar aja?"
     "Kamu ga jadi jemput aku?"
     "Iya."
     "Ah... enggak enggak! Kamu kira aku cabe-cabean apa? Main temu-temu aja di pinggir jalan. Jemput aku. Kamu sebagai cowok harus bertanggung jawab dong. Pergi izin sama pamit dulu sama kakak aku."
     "Iya dah... Aku jemput kamu setengah jam lagi."
     Tiga puluh menit lagi lagi berlalu.
     "Kirei, kosan kamu di Setia Budhi ya? Setia Budhi macet gak, Rei?"
     "Ya kamu tau sendiri biasa juga gitu."
     Entah apa kali ini. Fahriel seperti mencari alasan untuk tidak bertemu Kirei. Kirei sendiri pun kehilangan antusias bertemunya. Hingga bulat sudah kalimat batal bertemu dilontarkan Fahriel.
     Namun selalu saja ada diantara keduanya yang berusaha untuk bertemu, walau tak pernah bersaaan, selalu hanya salah seorang saja.
     Seperti kali ini. Keduanya berjanji akan bertemu sore ini juga untuk menonton. Tentunya setelah keduanya lagi-lagi gagal bertemu karena memiliki hasaat menonton film yang berbeda. Kali ini terserah film apa jadinya yang akan dipilih, entah Allegiant atau Batman vs Superman. Yang terpenting adalah jadi bertemu.
     "Rei, gimana kalau kita nonton di PVJ yang jam sepuluh aja? Mobil aku dipake Papa. Dia pulang jam sbilanan." Lagi-lagi Fahriel memberikan celah kandasnya janji bertemu mereka.
     "Kemaleman lah, Riel. Yaudah sih pake motor aja gapapa."
     "Kan motor aku lagi diservice. Lagian aku juga disuruh nunggu di rumah. Mama aku juga ikut sama adik. Jadi rumah kosong."
     Meski terbesit rasa kecewa, Kirei berusaha untuk bersikap biasa saja. Dia sadar akan rasa gengsinya yang tinggi yang selalu ingin diperjuangkan.
     "Ya terserah kamu sih." Jawabnya menutupi kekecewaannya.
     "Yaudah besok aja ya? Besok kan hari Minggu juga. Jadi kita bisa jalan-jalan seharian penuh."
     "Ok."
     "Ok. Besok jam delapan pagi aku jemput kamu ya?"
     "Iya."
     Hari esok telah tiba. Kirei membuka mata perlahan, namun seketika ia terperanjat dari tidurnya.
     "Sial! Apa hari ini hari Minggu?"
     Gadis cantik itu turun dari tempat tidurnya. Dan mendapati tulisan tangan di atas kertas pada meja belajar. Tertanda dari kakaknya, Luna.
     "Rei, kakak pulang. Maaf ya gak bilang. Lagian kamu tidurnya nyenyak banget. Ini juga mendadak. Oh iya, di tempat cucian ada baju-baju kerja kakak. Tolong cuciin ya? Buat Senin. Dikit kok."
     Kirei mendengus kesal. Lantas menghamburkan langkahnya menuju keranjang cucian.
    Namun, setibanya disana, justri mata Kirei terbelalak lebar, bak hendak melompat dari tempatnya.
     "Tuhaaann.... Sedikit banget kak cucian lo. Sedikiiitt! Berapa hari lo ga nyuci, kak?" Gerutu Kirei dengan nada kesal. Karena pada nyatanya cucian itu amat menggunung.
     "Sial! Cucian baju-baju gue aja udah banyak. Ditambah punya kakak yang lebih banyak. Gini caranya gue gak jadi jalan sama Fahriel. Cucian gue numpuk gini!" Gerutunya lagi.
     Di tempat lain. Seorang pemuda yang telah gagah dengan gayanya menerima panggilan masuk.
    "Oh iya iya. Gak papa, Rei. Iya... Iya gapapa." Ujarnya dengan ponselnya.
     "Iya. Yaudah lagian aku juga mau belajar sih buat mata ujian besok." katanya lagi.
     Pria itu meraih kalender di meja belajarnya.
     "Gimana kalau kita ketemu Rabu aja? Rabu tanggal merah tuh. Ok, Rabu ya? Dahh...."
     Kirei menutup panggilannya. Lagi-lagi janji bertemu kandas.
     "Padahal gue udah siap. Lo dendam apa sama gue?" Batin Fahriel.
     Sementara di kamar mandi, Kirei telah soap mencuci.
     "Dasar! Gue kira lo bakal ngajak jalannya siang aja abis gue nyuci." Gerutunya lagi sembari menatap tajam iphonenya.
     "Tapi kok kayak gue yang balas dendam ya? Eh... enggak! Itu sih karma namanya. Gue juga ga sengaja batalin ketemunya kek dia!" Ujar Kirei lagi.


     Tiba di hari Rabu. Tak usah panjang lebar. Lagi-lagi janji bertemu kali ini pun kandas. Namun dengan alasan yang lucu. Fahriel takut untuk pergi keluar rumah karena ada gerhana matahari total. Karena geram, Kirei memutuskan untuk jalan dengan temannya, Nisrina.
     "Hahaha.... Jadi setelah lama lo PDKT sama dia sampe sekarang juga belum pernah ketemu?!"
     Kirei tidak menjawab, ia hanya memainkan sedotan pada jus alpukatnya dengan ujung jarinya yang tentunya dengan bibir manis yang terkatup rapat.
     "Sumpah! Parah banget si Fahriel! Mana sekarang juga nolak gegara GMT doang. Kuno banget sih! Ga sekalian aja ngumpet tuh di kolong kasurnya biar ga tompelan! Lagian kan Bandung ga kebagian GMT. Aneh!" Cibir Nisrina.
     Kirei hanya menghisap sedikit jusnya, meneguknya menutupi kegeramannya.
     "Eh sebenernya dia udah punya cewek belum sih?" tanya Kirei.
     "Ya menurut lo? Dencan liat dia keukeuh banget, cerewet banget minta id line lo, kira-kira dia udah punya cewek?"
     "Iya, belum sih. Tapi gue baper karena dia sampe sekeras itu minta id line gue sama lo. Udah dapet malah gini. Apa cuma gue aja yang baper ya? Sampe cerita sana sini tentang Fahriel. Kirim fotonya sama Mami buat minta pendapatnya."
     "Kayaknya sih gitu. Lo terlalu baper. Siapa tau sebenernya dia juga lagi ngedeketin cewek lain. Bukan cuma lo."
     "Iya, kayaknya. Padahal bisa jadi dia juga berjuang keras buat dapetin id line cewek lain. Ah, gue musti hati-hati nih, jangan baper."
     Nisrina hanya bergumam lalu meneguk mocachinonya.
     "Gue sebel, Nis. Dia perjuangin banget id line gue, awal-awal dia juga sama sama usaha buat vcallan sama gue dengan download google hangouts. Sekarang buat ketemu kagak ada tuh perjuangannya." Gerutu Kirei.
     "Kirei. Nih ya. Suatu hubungan itu dibilang rumit kalau cuma salah satu aja yang berjuang."
     "Lo bener. Kalau udah rumit mana mungkin gue maksain ya?"
     "Nah. Udah lo jangan terlalu baper sama si Fahriel. Nanti gue tanyain kepastian sama dia."
     "Eh maksud lo kepastian apaan?"
     "Ya, dia bermaksud mainin lo aja atau mau seriusin lo? Biar kalau udah tau ya kita tau lo harus ngapain."
     "Eh. Itu keliatannya gue yang ngebet jadian. Kagak! Jangan ngomongin apa-apa sama dia! Gengsi gue. Kek ngebet banget pacaran."
     "Sial! Coba gue tanya lagi alasan lo masih jomblo?"
     "Ya kali Alphard lebih cepet laku dari Avanza. Hahaha..."
     "Asem lo!"
     Keduanya tertawa.
     Semenjak itu setiap janji bertemu yang lainnya selalu kandas. Entah karena mata Fahriel merah, Kirei yang sibuk, Fahriel yang takut keluar rumah ketika gerhana matahari total, perbedaan pilihan menonton, mobil dibawa ayah, jaga rumah, dan lainnya. Semenjak itu juga pupusnya harapan Kirei pada Fahriel. Ia pernah mencoba menghilang dari kehidupan Fahriel. Sekali dua kali, Fahriel mencari-cari, selanjutnya Fahriel yang benar-benar hilang dari kehidupan Kirei tanpa alasan. Terang saja Kirei dilanda badai kegalauan. Perasaannya telah begitu jauh terbawa Fahriel.
     "Buat apa lo dateng kalau lo mau pergi, Riel?"


You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2