­
#fanfic

Cause i'm with you (chapter 2: Osaka Castle)

Minggu, Februari 22, 2015

     Dinginnya udara pagi mulai mengusikku dari tidurku. Terasa menusuk tiada ampun pada setiap pori-pori kulitku. Tanpa membuka mata, aku menggeliat. Menarik selimut lebih atas lagi. Bergulung dibaliknya. Berharap kehangatan akan membalut tubuhku. Dan, kembali terlelap, menjelajahi alam mimpi indah yang baru saja aku kunjungi. Berharap dapat melanjutkan mimpi menyenangkan itu.
     Ah! Terasa seperti lima menit yang lalu. Ternyata satu jam telah berlalu ketika aku kembali tertidur. Terdengar ibu memanggil lembut namaku. Mungkin terlalu lembut membuatku semakin dalam terjun ke alam fantasi sebuah mimpi. Mendapati reaksi itu, ibu mulai mengguncang tubuh yang bergulung dibalik selimut tebal itu.
     "Apa ibu? Na masih ngantuk? Na belum mulai sekolah juga kan." Protesku dengan tenaga seadanya yang terkalahkan dengan rasa kantuk yang masih saja singgah.
     "Na mau ikut gak?" Ujar ibu lembut.
     "Mmmm......" Sahutku tak peduli.
     "Gak mau ikut? Ya udah, gak apa-apa. Biar ibu sama ayah aja yang pergi."
     "Kemana?" Tanyaku dengan mata masih terpejam.
     "Osaka castle." Bisik ibu lagi.
     Mataku yang masih terpejam perlahan terbuka. Lalu mengerjap-ngerjap dan menggosoknya pelan.
     "Kakak ikut, Bu?" Tanyaku setelah duduk.
     "Kakak katanya mau tunggu di rumah aja."
     "Yahh.... Jadi kita bertiga?"
     "Berenam."
     "Eh? Siapa aja?"
     "Ibu, ayah, kamu, Tasha, sama mama papanya Tasha."
     "Tasha? Siapa?"
     "Tetangga kita. Yang suka ke sini sama ayahnya."
     Aku hanya bergumam di dalam hati. Oh, anak itu namanya Tasha.
     Memang Kastil Osaka adalah tempat ingin aku kunjungi sejak lama. Maka aku bangkit dan bersiap-siap.
     Genangan air sisa hujan semalam membasahi halaman rumahku. Embun pagi masih manja menggelayut pada daunnya. Tapi tak ada ku dengar suara ayam berkokok membelah pagi yang sunyi ini. Tentu, tak nampak ayam di sini rupanya.
     Satu ikatan lagi. Ah, sempurna sudah tali sepatu ini terikat.
     "Na, larinya jangan pake sepatu." Ujar ayah.
     "Loh? Kenapa? Kalau kaki Na kena pecahan kaca? Atau kawat? Atau kaki Na kotor." Tanyaku.
     "Gak bakal ada pecahan kaca atau kawat, Na. Pasti jalanannya bersih. Na belum tau ya? Malah di sini ada komunitas lari tanpa alas kaki. Biasanya kumpul di Osaka Castle. Kalau yang lain gak pake sepatu, terus Na pake sepatu sendirian, Na gak malu?" Tutur ayah lagi.
     "Kenapa ada komunitas gak pake sepatu, Yah?" Tanyaku lagi dengan wajah yang lebih mendongak.
     "Jalan-jalan gak pake sepatu itu baik buat peredaran darah, sayang. Karena banyak syaraf di telapak kaki yang menerima rangsangan dari permukaan jalan secara langsung. Yaa... itung-itung refleksi pijatan kaki lah." Jelasnya lagi. Aku hanya memanggut-manggut tanda mengerti lalu melepas sepatuku.
*****
      Inilah suasana Osaka Castle. Orang-orang bermata elang itu berlalu lalang di hadapan kami. Ternyata benar juga kata ayah. Mereka tidak menggunakan alas kaki sama sekali saat beraktivitas di sini. Anak-anak berlarian mengejar kupu-kupu. Pasangan kakak-kakak muda berlari-lari santai sambil berpegangan tangan.
     Entah siapa yang memulai. Kini aku dengan tetangga baruku itu mulai bercakap-cakap.
     "Oh iya, aku lupa. Nama kakak siapa?" Tanyaku setelah cukup lama mengobrol dengannya. Ya, walaupun sebenarnya aku sudah tau siapa namanya, aku hanya memancingnya untuk balik menanyakan siapa namaku. Dan aku memanggilnya kakak, karena boleh jadi usianya lebih tua dariku.
     "Tasha. Kakak?" Dia juga balik memanggilku dengan sebutan 'kakak', mungkin karena alasan yang sama denganku.
     "Diana. Tapi kalau kepanjangan Na aja." Ujarku akhirnya.
     Setelah itu. Dia kerap memanggilku Na-Neechan, aliyas Kak Na. Begitupun dengan aku, ku panggil dia Tasha-Neechan.
     Inilah kisah kami baru dimulai. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Waktu yang akan menjawab.

You Might Also Like

0 komentar

Berlangganan


Kicauan @TashaDiana2