Hari silih berganti minggu, hingga empat bulan telah berlalu. Pohon jeruk yang dahulu ditanam Hasna tumbuh sempurna. Pohonnya berbuah lebat. Jeruknya begitu dangkal diraih. Memudahkan Hasna untuk memetiknya. Buahnya sangat manis. Warnanya jingga dan besar buahnya. Hasna merawat pohon itu dengan sangat baik. Setiap pagi ia menyirami pohon jeruk itu. Hingga pagi ini pun ia sedang menyirami pohon jeruk itu.
"ANAK SIAPA YANG KAMU KANDUNG?!" Bentak seorang pria dari dalam rumah.
"Kamu tuduh aku selingkuh? Ini anak kamu!" Seru wanita membela diri.
Hasna melirik ke mata Farida yang juga sedang menyirami pohon jeruk itu. Keduanya saling bertatapan lalu melangkah ke dalam rumah.
"ZULAIKHA! ANAK SIAPA YANG KAMU KANDUNG SEKARANG?!" Ayah terlihat sangat marah sembari menggenggam erat rambut panjang Ibu.
"Ini anakmu, Pak." Ibu terus menangis.
"Bohong! Selama ini aku di Jakarta!" Ayah tetap tidak percaya.
"Demi Tuhan, ini anakmu..." Isak tangis Ibu semakin terdengar lirih.
Hasna dan Farida menyaksikan kekerasan itu di balik lemari hias. Keduanya nampak ketakutan.
"Hasna, aku takut." Ujar Farida.
"Aku juga." Jawab Hasna.
Ayah yang menyadari keberadaan putrinya langsung melepaskan Ibunya.
"Mau kemana kalian, anak-anak?" Tanya sang ayah.
"M... Mau ke kamar, Pak." Jawab Farida.
"Sana. Masuklah ke kamar kalian." Ujar ayah begitu lembut.
Hasna dan Farida berlari kecil dengan ketakutan melewati orang tuanya. Mata Hasna sedikit melirik Ibunya yang tengah terisak.
Mungkin roda telah bosan terdiam. Ia mulai bergerak memutar. Roda kehidupan telah berputar. Akankah ini menjadi awal kisah memilukan gadis kecil itu? Ataukan selalu Roda akan kembali berputar ke atas?
"Setelah anak itu lahir. Kita cerai."
0 komentar