Bab 1
Perkenalan hidup gadis Kecil
Layaknya bulir-bulir air yang berjatuhan dari langit, memiliki kesan magis, yang juga memiliki takdir pendaratan yang berbeda-beda. Ada yang jatuh menhujam genting, dedaunan terlebih dahulu lalu barulah jatuh ke tanah, ada pula yang langsung menghujam tanah, menciptakan bulatan-bulatan kecil di atas genangan air.
Seperti takdir manusia yang juga berbeda-beda. Termasuk juga takdir gadis kecil yang tengah berbahagia bermain-main dengan hujan bersama teman-temannya.
Tasikmalaya, tahun 1968. Aku hanyalah seorang yang diutus Tuhan untuk mencatat setiap peristiwa yang dialami oleh gadis kecil itu. Hari ini tak banyak tugas untukku. Hanya mengawasi dan merekam setiap kejadian gadis kecil yang tengah bermain di bawah naungan hujan. Gadis itu berbilang 6, sebut saja namnya Hasna.
"Hujan! Hujaaaannn!!! Jangan berhenti!!" Seru Hasna sembari meloloskan bajunya. Kini ia hanya berbalut celana pendek dan kaus dalam, begitu pula dengan dua orang teman kecilnya dan satu orang kakak perempuan yang perbedaan usia dengannya hanya terpaut satu tahun saja.
Entah apa yang mereka lakukan. Hanya bermain perosotan di teras rumah yang licin. Dengan menggunakan sehelai baju mereka begitu riang bermain perosotan. Walaupun hujan telah lama reda, bocah-bocah itu tetap saja bahagia bermain dengan sisa air hujan.
"Farida! Hasna! Udah, sayang. Masuk yuk! Mandi. Nanti kamu masuk angin kalau terlalu lama hujan-hujanan." Seru wanita paruh baya di bibir pintu besar itu.
"Bentar, Bu. Hasna masih mau main sama temen-temen."
"Yaudah, temen-temen Hasna juga ikut mandi di sini. Yuk!"
"Nanti, Bu...." Elak Farida
Sang ibu hanya menghela nafas panjang sembari tersenyum.
"Hasna, Farida, bapak baru pulang dari Jakarta. Bapak bawa baju baru yang banyak buat kamu. Buat Elis sama Rumana juga. Bagus-bagus. Masuk yuk, nak! Kita mandi."
Mata bulat menggemaskan ketiga bocah itu terbelalak lebar, bibirnya pun tersenyum lebar sembari saling melempar tatap.
"Bapak pulang?!" Hasna meyakinkan. Ibunya hanya mengangguk tersenyum. Disambut lari-lari kecil dari keempat bocah itu. Berlari kegirangan.
Ketiga bocah manis itu mandi bersama. Ibu yang memandikan mereka berempat. Hingga bersihlah sudah tubuh kecil mereka. Lantas Hasna juga Farida berlari menuju ayahnya. Dibuntuti Elis dan Rumanah, sahabat baiknya.
"Ini baju Hasna!"
"Ini buat Farida!"
Elis dan Rumana hanya terdiam. Hasna menggengam lembut tangan Elis dan Rumana.
"Ayo! Kalian pilih juga baju yang kalian suka." Ujar gadis manis itu. Yang akhirnya keempat bocah yang sudah nampak saudara itu berebut baju yang dibawa oleh sang ayah dari Jakarta.
Perkenalkan. Inilah kehidupan Hasna. Begitu indah. Dia memiliki segalanya. Orang tuanya yang mashur, memiliki rumah dimana-mana, tanah dan ragam kebun yang luas, sawah yang terhampar luas dan subur, keluarganya begitu terpandang dan terhormat, putri putri kecilnya yang begitu manja dan baik hati, orang tuanya pun yang dermawan dan tetap rendah hati, nyaris tak ada satupun masyarakat yang tak menganggap mereka saudara. Lebih dari itu, adalah keluarga bahagia yang tak ternilai harganya yang dimiliki oleh putri kecil itu, Hasna.
0 komentar